Perdebatan Matematika dan Pendidikan Matematika Sebuah Solusi Filsafat Bag. 2

Perdebatan Matematika dan Pendidikan Matematika
Sebuah Solusi Filsafat
oleh

Ibrohim Aji Kusuma, S.Pd. dan Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Karakteristik ilmu berkaitan degan sifat yang melekat pada ilmu pengetahuan yang dikembangkan. Sifat-sifat ini yang secara lebih luas akan menghasilkan prinsip-prinsip dasar dalam ilmu pengetahuan tersebut. Menurut Nazir (1983)[1], ilmu merupakan cody og knowledge baik ilmu alam atau sosial yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum.  Meski demikian, terdapat batasan tertentu sesuatu dikatakan sebagai ilmu. Batasan tersebut berupa ilmu sebagai pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris (Tafsir, 1992)[2].
Secara umum, karakteristik ilmu menurut Ismaun (2011)[3] yaitu
1.      Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif
2.      Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan
3.      Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterkitalan (reabilitas) tinggi
4.      Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
5.      Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum
6.      Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi
7.      Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
Sedangkan sifat ilmu[4] antara lain:
1.      Memiliki objek
Setiap ilmu memiliki objek yang menjadi pusat kajian. Objek yang dikaji dalam mempelajari suatu ilmu biasanya bersifat spesifik.  Contohnya ilmu matematia,  ilmu biologi,  kesenian dll.
2.      Memiliki metode
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan tidak dilakukan secara asal-asalan. Tetapi memerlukan metode khusus.  Metode yang digunakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan disebut metode ilmiah.  Metode ilmiah di gunakan untuk meneliti dan mempelajari suatu objek sehingga ditemukan kebenaran.  Ilmu yang dikembangkan dengan menggunakan metode ini kebenaranya akan diakui secara ilmiah oleh seluruh pakar ilmu pengetahuan yang berlaku sampai ada bukti baru yang menentang atau menggugurkannya.
3.      Bersifat sistematis
Ilmu pengetahuan harus bersifat sistematis.  Maksudnya adalah ilmu pengetahuan harus tersusun secara sistematis dari yang sederhana hingga yang kompleks yang diatur sedemikian rupa sehingga yang satu dan yang lainnya dapat saling mendukung.  Sifat sistematis ini bertujuan untuk mempermudah dalam mempelajari ilmu tersebut.
4.      Bersifat Universal
Ilmu pengetahuan harus bersifat universal,  maksudnya adalah kebenaran yang disajikan dalam ilmu pengetahuan harus berlaku secara umum dan diterima di semua institusi pendidikan.  Sifat unibersal ini selain bertujuan untuk mempermudah dalam pembelajaran juga agar tercipta suatu keseragaman.  Sehingga kebenaran yang diungkapkan dapat di terima diseluruh pelosok dunia.
5.      Bersifat Objektif
Ilmu pengetahuan harus bersifat objektif maksudnya adalah semua pernyataan yang dikemukakan harus bersifat jujur,  sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,  mengandung data dan informasi yang akurat,  bebas dari prasangka,  tidak menimbulkan kesenjangan dan tidak berhubungan dengan kepentingan pribadi orang per orang.
6.      Bersifat Analitis
Ilmu pengetahuan harus bersifat analitis, artinya  ilmu yang di pelajari akan menuju hal-hal yang lebih khusus seperti bagian,  sifat,  peranan dan berbagai hubungan.  Untuk memahami hal yang bersifat khusus perlu pengkajian secara khusus pula,  sehingga terdapat antar hubungan bagian yang dikaji sebagai hasil analisa.
7.      Bersifat Verifikatif
Artinya pernyataan yang berupa kebenaran dalam ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat terbuka atau verifikatif.  Sehingga bila suatu masa di temukan bukti-bukti baru yang tidak mendukung kebenaran yang semula maka teori tersebut dapat di tumbangkan untuk memberi tempat pada kebenaran yang baru yang lebih relevan.

Tesis

Karakteristik ilmu matematika menurut Soedjadi (2000)[5] adalah
1.      Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik.
2.      Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3.      Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4.      Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5.      Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
6.      Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Senada dengan Soedjadi (2000), Sumardyono (2004) mendeskripsikan karakteristika ilmu matematika sebagai berikut[6].
1.      Matematika sebagai struktur yang terorganisir
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
2.      Matematika sebagai alat (tool)
Matematika juga sering dipkitang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Matematika sebagai pola pikir deduktif
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
4.      Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking)
Matematika dapat pula dipkitang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
5.      Matematika sebagai bahasa artifisial
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. 6.
6.      Matematika sebagai seni yang kreatif
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika terdiri atas hubungan pola, bentuk, struktur, fakta, operasi dan prinsip. Karakteristik ilmu matematika berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis dan sistematik, di mana konsep-konsepnya abstrak, aturan-aturannya ketat dan penalarannya deduktif.
Pendidikan matematika, yang dalam konteks ini disebut dengan matematika sekolah adalah matematika yang umumnya diajarkan di jenjang pendidikan formal dari SD sampai dengan tingkat SMA. Tidak termasuk tingkat perguruan tinggi karena di perguruan tinggi matematika didefinisikan dalam konteks matematika sebagai ilmu (matematika murni). Matematika sekolah jelas berkaitan dengan siswa yang menjalani proses perkembangan kognitif dan emosional masing-masing. Secara khusus, dapat dikatakan bahwa dalam matematika sekolah perlu memperhatikanaspek teori psikologi khususnya teori psikologi perkembangan. Mereka memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya. Potensi yang ada pada diri anak pun berkembang dari tingkat rendah ke tinggi, dari sederhana ke kompleks.[7]
Karakteristik pendidikan matematika menurut Susanti (2011) adalah sebagai berikut[8].
1.      Mmemiliki objek kajian yang konkrit dan abstrak.
2.      Pola berfikir deduktif dan indektif.
3.      Kebenaran berkonsistensi dan berkorelasi.
4.      Berteumpu pada kesepatan.
5.      Memiliki simbol kosong dari arti dan juga berarti atau memiliki semesta tertentu.
6.      Taat pada semestanya dan digunakan untuk membedakan tingkatan dan level.
Menurut Ebutt dan Straker (1995)[9], Hakekat Matematika Sekolah meliputi:
1.      Mencari pola-pola atau hubungan antar satu konsep dengan konsep yang lain.
2.      Melakukan kegiatan investigasi sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
3.      Mencoba menyelesaikan permasalahan matematika.
4.      Mengomunikasikan hasil-hasilnya kepada teman atau guru baik secara lisan maupun tertulis.

Anti tesis

Anti tesis karakteristik ilmu matematika berupa konkrit, realistis, kontradiktif dan normatif. Konkrit artinya bisa dirasakan melalui alat indra atau pengalaman bukan abstrak. Realistis atau realisme berarti segala sesuatu didasari oleh kenyataan yag terjadi bukan idealis. Anti-tesis berikutnya adalah kontradiktif dimana  yang berarti identitas. Normatif yaitu aturan-aturan yang berlaku memperhatikan ruang dan waktu.
Anti-tesis dari pendidikan matematika adalah bidang ilmu lain selain pendidikan mateamatika seperti kesenian, olahraga, bahasa indonesia, bahasa inggris dan sebagainya. Selama ini, bidang ilmu tersebut seolah-olah sangat berlawanan dengan matematika dan pendidikan matematika. Hal ini karena antara pendidikan matematika dan bidang lain dikarenakan ilmu matematika memiliki karakteristik yang berbeda. Padahal hakikatnya mereka memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.

Sintesis

Sintesis dari keduanyan harus berasalah dari kesadaran masing-masing bahwa ilmu matematika dan anti-tesisnya benar-benar sangat berbeda. Artinya, dua hal yang saling berlawanan tidak mungkin digabungkan menjadi sebuah kesatuan utuh karena keberadaan satu menafikakan keberadaan lainnya. Solusinya yang ditawarkan sebagai sintesis dari permasalahan ini adalah para pemerhati atau ilmuwan masing-masing aliran harus memiliki kesadaran penuh dan rasa lapang dada atau toleransi terhadap pihak lainnya. Sebagai ilustrasi, angka 6 tidak selalu disebut enam namun dalam suatu kondisi tertentu atau sudut pkitang lain bisa menjadi angka 9 yang disebut sembilan. Hendaknya muncul rasa saling menghorati dan menghargai agar tercipta perkembangan ilmu yang positif dan berkemajuan.
Sintesis antara pendidikan matematika dan bidang ilmu pendidikan lainnya adalah pembelajaran tematik, pembelajaran berbasis kompetensi, dan minat, bakat siswa. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan bebrbagai tema menjadi sebuah kesatuan tujuan pembelajaran Di Indonesia, pembelajaran tematik sudah diimplementasikan pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan pembelajaran yang menjadikan kompetensi sebagai indikator keberhasil pembelajran. Hal ini sudah dilakukan pemerintah melalui kurikulum 2013 yang menekankan pada aspek kompetensi yang diharapakan dicapai oleh siswa. Selanjutnya, siswa secara hakekatnya memiliki karakter yang berbeda-beda, kemampuan yang berbeda-beda dan bakat serta minat yangberbeda-beda pula. Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu ditekankan bagi siswa-siswa yang memiliki bakat dan minat di bidang ini atau setidaknya membuthkan bidang ilmu pendidikan matematika. Demikian juga untuk bidang ilmu lainnya.



[1] https://filsafatilmu.wordpress.com/2016/06/07/karakteristik-ilmu-pengetahuan/
[2] Ibid,.
[3] Ibid,.
[4] Ibid,.
[5] https://www.academia.edu/7216165/Hakikat_Matematika
[6] Ibid,.
[7] https://www.scribd.com/doc/72219619/PENDIDIKAN-MATEMATIKA
[8] Ibid,.
[9] https://powermathematics.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment