Perdebatan Matematika dan Pendidikan Matematika Sebuah Solusi Filsafat Bag. 1

Perdebatan Matematika dan Pendidikan Matematika
Sebuah Solusi Filsafat
oleh

Ibrohim Aji Kusuma, S.Pd. dan Prof. Dr. Marsigit, M.A.

A. Persoalan-Persoalan Pokok dalam Pengembangan Ilmu (Matematika dan Pendidikan Matematika)

Filsafat mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dimulai dari keragu-raguan bukan dimulai dari kepastian. Ilmu pengetahuan memulai dari keragu-raguan akan hakikat kebenaran objek penelaahannya. Penelaahan ilmu pengetahuan terbatas pada objek yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan ilmu pengetahuan mencakup kejadian-kejadian atau seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman. Objek yang memiliki karakteristik seperti ini disebut dengan objek filsafat yang ada. Dalam konteks ini, filsafat ini dinamakan empirisme. Filsuf lain menyebutnya dengan sintetik.
Ilmu pengetahuan juga bisa berkembang melalui akal pikiran saja. Pikiran berkembang dalam proses penelusuran hakikat kebenaran objek yang ditelaah. Objek yang dimaksud tidak harus berasal dari sesuatu yang dapat dijangkau oleh pengalaman manusia namun bersifat ekstensif/ meluas dan belum wujud dalam kenyataan dunia. Objek yang memiliki karakteristik seperti ini disebut dengan objek filsafat yang mungkin ada. Filsafat yang berkeyakinan seperti ini disebut dengan rasionalisme atau analitik.

Tesis

Perkembangan ilmu matematika dan pendidikan matematika tentu saja mengalami kemajuan yang signifikan. Hemat penulis, dalam pendidikat matematika meliputi perkembangan dalam permodelan matematika, aljabar abstrak, fungsi dinamik serta penerapan matematika dalam kehidupan nyata dan lain sebagainya. Sebagai contoh, penggunaan matematika dalam permodelan untuk memprediksi penularan sebuah penyakit endemik, pengolahan data dengan konsep matematika tertentu yang disebut dengan big data analysis dan sejenisnya.
Sedangkan perkembangan pendidikan matematika seperti perkembangan pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran matematika. Pendekatan saintifik, Ethnomatematika, Blended dan Flipped Learning merupakan contoh perkembangan pembelajaran matematika dalam konteks perkembangan pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran matematika. Perkembangan juga dapat berupa kemampuan-kemampuan yang mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan seperti kemampuan berfikir tingkat tinggi, kreatif, kritis, metakognitif dan lain-lain.

Anti-tesis

Demikian adalah contoh-contoh tesis dari perkembangan ilmu matematika dan pendidikan matematika. Sedangkan anti-tesisnya adalah segala sesuatu yang bersifat resistent dengan perkembangan di atas. Diantara contoh anti-tesis dalam perkembangan ilmu matematika adalah budaya. Budaya menjadi anti-tesis karena selama ini jarang sekali usaha para pendidik dan peneliti yang mengaitkan dengan budaya. Padahal, sumber daya budaya atau warisan kekayaan budaya di Indonesia tidak terhitung jumlahnya. Diantara adalah candi borobudur, candi prambanan, rumah adat, tarian jawa, batik dan lain sebagainya.

Sintesis

Sintesis antara tesis dan anti-tesis diatas adalah mengaitkan matematika dan pembelajaran matematika dengan budaya. Akhir-akhir ini, perkembangan ilmu pengetahuan yang mencoba mengaitkan matematika dan pendidikan matematika adalah ethnomatematika. Ethnomatematika adalah perluasan perkembangan ilmu matematika dan pendidikan matematika dalam konteks budaya.
Budaya dan ilmu matematika menghasilkan eksplorasi produk-produk budaya yang berkaitan dengan matematika. Diantaranya adalah permainan-permainan tradisional, satuan-satuan pengukuran tertentu, tarian dan lain sebagainya. Sedangkan dalam bidang pendidikan matematika dapat dilakukan dengan cara mengekplorasi local wisdom (kearifan lokal) dan penerapannya dalam pembelajaran matematika. Inovasi pembelajaran matematika berbasis local wisdom perlu untuk dikembangkan dalam berbagai jenjang penddikan matematika di Indonesia.

0 komentar:

Post a Comment